Ramaco Magic Cyber edisi 24 Juni 2002 mengangkat topik "Membuat Musik Dengan Komputer". Di stasiun radio Ramaco, Sigit Widodo -didampingi Iwam Triono- memandu acara. Dia menghubungi saya -dan juga Arman Maulana dari kelompok musik GIGI- lewat telepon.
Berikut ini adalah petikan obrolan tersebut. Tulisan ini bukanlah transkrip wawancara asli. Saya sudah menyuntingnya agar lebih enak dibaca. Saya telah mengubah, memotong, menambahkan susunan kata dan kalimatnya. Lebih dari itu, kaset rekaman obrolan tersebut tidak memuat lengkap obrolan kami (beberapa bagian tidak terekam). Tapi saya yakin, tidak ada distorsi makna antara wawancara asli dengan tulisan ini.
Sigit Widodo (SW): Pertama kita ingin tahu, sebetulnya sejauh mana komputer bisa membantu seseorang untuk menciptakan sebuh komposisi lagu?
Yayan Sopyan (YS): Membuat musik itu insting manusia. Selama dia bisa bersiul, sebetulnya dia sudah bisa membuat lagu.
Komputer lebih menjadi alat bantu yang membuat kita lebih mudah dalam membuat lagu, dalam menyusun musik. Ada banyak cara, ada banyak hal yang bisa dilakukan komputer dalam hal musik. Salah satu yang bisa dilakukan -yang sudah tumbuh sejak tahun 80-an- adalah apa yang disebut dengan tracking: menata nada-nada, membuat pola nada, dan menyusun pola nada itu menjadi satu sekuen lagu.
Iwan Triono (IT): Kemudahan seperti apa yang didapat dari komputer?
YS: Misal, saat ini saya tidak bisa -dan belum pernah- mencoba memainkan biola. Nah, dengan komputer, saya bisa memainkan biola itu dengan cara: si komputer membaca contoh-contoh suara -sample suara-. Sample-sample itu kemudian di-tune sedemikian rupa sehingga dia bisa menjadi satu nada. Itu kan berarti saya dimudahkan untuk "memainkan biola".
IT: Jadi nantinya nggak perlu lagi alat musik seperti biola, bas, gitar segala macem
YS: Pada prakteknya, iya. Untuk tracking, kita tidak memerlukan lagi alat musik sama sekali. Kita hanya membutuhkan sample-sample saja.
Misal mau memainkan biola, ya kita butuh sample suara biola. Untuk memainkan drum, kita hanya butuh sample suara drum. Selebihnya adalah citra rasa musik kita saja.
SW: Tadi dikatakan, program traking itu mengambil sample-sample suara. Berarti, tidak harus alat musik, ya?
YS: Tidak harus alat musik. Bahkan .
SW: Saya mukul-mukul bangku pun bisa jadi musik?
YS: Betul. Bisa.
Tracking itu membutuhkan sample. Ada kegiatan lain yang disebut sampling, yaitu membuat sample-sample. Di dalam tracking, sample itu bisa apa saja.
Misal, Anda batuk. Uhuk, gitu. Kemudian kita bisa bikin bunyi uhuk-nya itu menjadi satu urutan nada sehingga menjadi sebuah lagu. Itu akan menimbulkan nuansa bunyi yang mungkin tidak bisa dilakukan dengan sistem yang analog, yang non komputer, non digital.
SW: Untuk menggunakan program tracking ini secara sempurna, spesifikasi komputer seperti apa yang dibutuhkan? Dan device apa saja?
YS: Tracking itu sangat murah. Dalam arti, tidak perlu komputer yang terlalu canggih. Untuk software yang biasa saya dan beberapa teman pakai -namanya Modplug Tracker, ini freeware gratisan- hardware yang kita butuhkan hanyalah Pentium 133 MHz, lalu asal ada soundcard dengan driver 32 bit, terus space-nya juga tidak makan banyak -dengan beberapa mega saja sudah cukup. Jadi, tidak ada sesuatu yang khusus sekali.
SW: Bagaimana dengan sampling?
YS: Sample itu bisa kita bikin sendiri. Atau kita memanfaatkan kebaikan banyak orang di Internet.
Di Internet banyak sekali orang yang mau berbaik hati berbagi hasil-hasil sampling mereka. Kita bisa download sample-sample itu secara gratis dan cukup banyak.
SW: Nama program tadi itu apa?
YS: Yang saya pakai itu namanya ModPlug Tracker.
IT: Selain program itu bisa?
YS: Ada beberapa program lain, tapi saya tidak begitu hapal namanya.
SW: Size filenya berapa?
YS: Paket installernya sekitar 2 Mb. Paling, setelah diinstall, kena 3 Mb.
SW: Dan tiap-tiap sample itu seberapa besar?
YS: Tiap-tiap sample sangat tergantung pada panjang dan kualitas suaranya. Rata-rata sih antara beberapa ratus kb sampai saru dua Mb.
SW: Sangat kecil, ya?
YS: Sangat kecil. Dan sebetulnya di Modplug itu sendiri ada yang namaya sound bank, yang berisikan contoh-contoh suara yang sudah tersedia. Tentu saja, terbatas ya.
IT: Tinggal ditambah yang lain-lainnya ya.
YS: Iya. Misalnya kita mau ada usara gendang, ya kita mungkin harus cari atau kita harus merekam sendiri suara gendang itu.
IT: Dengan barang sedemikian sederhana kita bisa jadi musisi seperti mas Yayan ini
YS: (Tertawa). Saya kan bukan musisi. Kegiatan tracking itu sebetulnya dilakukan bukan hanya oleh para musisi ya. Banyak hobyist, para remaja yang menyalurkan kreativitas -ketimbang mereka harus menyewa studio musik
IT:Dengan biaya yang begitu besar ya
YS: Dengan biaya yang besar dan kadang-kadang kita harus antri tuh kan ..
IT: Dan hasilnya kurang memuaskan
YS: Soal memuaskan atau tidak itu relatif ya. Tapi yang pasti kan kadang-kadang antri dan juga bayar dengan biaya yang lebih mahal. Kenapa nggak kita pakai PC punya kita sendiri? Atau mampir ke pusat layanan digital, warnet.
SW: Seberapa mudah software itu bisa digunakan?
YS: Dengan Modplug Tracker atau software terbaru lainnya, untuk membuat satu nada C biola- misalnya, kita tinggal pilih instrumen biola kemudian kita tinggal pijit tombol keyboard komputer.
Pada saat menjalankan software Modplug Tracker, keyboard komputer bisa berfungsi seperti alat musik keyboar. Misal, huruf A pada keyboard komputer akan menjadi bunyi nada C pada oktave ke 4. Dan seterusnya.
IT: Kalau keyboard komputer itu diganti dengan alat musik keyboard, bisa nggak?
YS: Bisa. Kalau ada musisi yang terbiasa dengan alat musik keyboard, dia bisa menyambungkannya itu ke port midi pada soundcard komputer.
IT: Dengan demikian nuansa musik yang dihasilkan bisa lebih kaya ya?
YS: Paling nggak, orang yang terbiasa dengan alat musik keyboard tidak perlu terkaget-kaget melihat keyboard komputer.
Tapi buat saya yang tidak mampu membeli alat musik keyboard, maka pakai keyboard komputer itu sudah cukup memadai.
SW: Mas Yayan, sebelum kita lanjutkan, kita ingin mendengarkan suatu pengalaman dari salah satu musisi kita yang namanya tidak asing lagi. Mas Arman, selamat sore.
Arman Maulana (AM): Sore.
SW: Mas Arman bisa cerita sedikit pengalaman sebagai musisi yang sudah menggunakan komputer untuk mengaransemen musik.
AM: Yang jelas sih kebeneran saya bareng GIGI pertama kali mengalami dari analog dulu ya. Dulunya. Teknologi terus berjalan. Dan kita jalan juga dengan teknologi di musik. Akhirnya masuk juga ke komputer.
Memang yang saya rasakan, untuk kebbutuhan Musik saat ini -yg makin lama makin kompleks- memang membuat (musik) di komputer itu jauh lebih
IT: Lebih mudah?
AM: Bukan mudah banget Kalau dari segi ekonomis, ya ekonomis.
IT: Menghemat biaya ya?
AM: Ya .. OK. Tapi, maksud saya, jauh lebih fun. Kalau melihat musiknya era sekarang -baik penggunaan efek, panning kanan kirinya, atau segala macem- itu di komputer itu menjadi lebih mudah gitu. Tapi dengan catatan, tidak meninggalkan analog.
IT: Gimana, mas Yayan, dengan pengalaman mas Arman ini?
YS: Saya kira apa yang dibilang mas Arman tadi itu memang betul. Saya kira mas Arman lebih bisa merasakan perbedaan antara yang analog dan digital karena mas Arman jelas musisi.
Bagi saya yang bukan musisi, yang jelas saya rasakan, yang digital itu jauh lebih mudah. Apa yang selama ini tidak mungkin saya lakukan -katakanlah saya tidak mampu memainkan biola- jadi lebih mudah dengan komputer. Begitu juga dengan, katakanlah, memberi efek-efek tertentu menjaadi sangat lebih mudah dan lebih murah. Saya nggak perlu belanja alat-alat musik. Cukup dengan komputer yang ada di rumah, saya bisa compose satu musik
IT: Dengan hasil yang seperti musisi kebanyakan sekarang ini, mas?
YS: Ya, pada level tertentu. Tentu saja, kualitas suara akan tergantung pada beberapa hal. Katakanlah, ada faktor device-nya, soundcard-nya seperti apa, kualitas samplenya seperti apa. Itu jelas akan berpengaruh pada kualitas suara.
Tapi setidaknya untuk proses kreatif - dalam arti, saya mau bikin lagu seperti ini, beatnya seperti ini, bunyinya kayak gini dsb- saya bisa langsung dengerin setelah saya menyelesaikan tracking.
IT: Kembali ke mas Arman. Ada keinginan untuk mencoba dengan harga yang relatif murah bisa membuat suatu lagu yang bagus gitu?
AM: Kalau sudah berbicara soal lagu yang bagus, mungkin bukan masalah alat ya. Bisa juga masalah mood, situasi, lingkungan yg mempengaruhi. Kadang-kadang malah lagu itu bisa tercipta bagus justru bukan di tempat yang tenang. Tapi malah di tempat yang semerawut, macet dan sebagainya. Jadi, bukan masalah alat aja sih.
Misalnya, bisa aja kita pake Pro Tools (sebuah sistem produksi audio berbasiskan komputer baik PC maupun Macintosh -YS), tapi kalau moodnya memang jelek, ya jelek aja lagunya. (tertawa).
SW: Mas Arman, Anda bilang, masih tetap harus mempertahankan analog. Kenapa Anda nggak
AM: Oh jelas. Biar bagaimanapun, kalau menurut saya, ada beberapa bagian (teknologi digital) memang tidak bisa disamakan dengan analog.
Misalnya, vokal. Di PC maupun Pro Tools, banyak software amplifier yang pake tabung. Tapi beda banget kalau kita secara jeli dengerin dengan amplifier yang bener-bener pake tabung. Itu sangat beda.
Dan juga, tetep, analog tidak bisa dihilangkan. Digital itu terkenal dengan kebersihannya. Tapi kadang-kadang ada beberapa ornamen musik yang memang justru pengen kotor. Kotor akan noise-nya
IT: Ada distorsinya segala macem
AM: he eh .. Distorsi karena ada atmosfir ruangan yang kena ama tabung gitu. Nah pengen itunya. Nah, kadang-kadang di (teknologi) digital tidak mendapatkan itu. Jadi, kalau saya sih tetep akan meng-combine kedua itu karena bagaimanapun yang digital itu dari analog.
IT: Gimana nih, mas Yayan?
YS: Dalam musik dalam arti berkesenian, komputer itu hanya salah satu alternatif aja. Alternatif untuk memainkan atau meng-compoise musik. Saya juga tidak melihat bahwa dengan adanya teknologi digital kemudian yg analog menjadi nggak perlu. Nggak begitu ya.
Satu hal yang paling pasti, ada sedikit perbedaan adalah pada emosi. Katakanlah, musisi yang pegang gitar atau piano ketika ia memainkannya secara analog, dia bisa mengungkapkan emosinya dengan memijit tuts piano dengan keras, lembut atau gimana gitu
AM: Iya
YS: Itu yang agak sukar diwakili atau dilakukan oleh digital.
AM: Ya, betul.
YS: Jadi, di digital, bunyi piano ya datar saja kecuali kita memberi efek tertentu sehingga seolah-olah beremosi. Tetapi, terus terang saja, yang saya rasakan memang emosi itu tidak dengan serta merta digantikan oleh yang digital.
Jadi, saya kira, yang digital bukan menggantikan yang analog. Seperti yang dibilang Arman tadi, saya setuju, bahwa pada akhirnya keduanya akan berjalan bersamaan.
Cuma, dengan adanya teknologi digital ini, orang yang seperti saya -yang tidak punya background musik- akan lebih dipermudah. Itu satu.
Yang kedua, Untuk mengedit juga kan lebih mudah ketimbang dengan yang analog. Jadi sama sekali tidak berarti bahwa -dengan komputer- yang analog menjadi tidak perlu. Tidak berarti begitu.
IT: Jadi untuk kedepannya ini digital ini tetep aja diperlukan untuk menghasilkan musisi-musisi yang handal ya?
YS: Nggak begitu. Saya nggak melihatnya dalam pengertian musisi yang handal atau tidak handal. Saya meilhatnya lebih bahwa (dengan teknologi digital) orang menjadi terbuka luas untuk bermusik. Saya nggak perlu punya alat .
SW: Tidak harus seorang musisi yang terkenal ya.
YS. Tidak harus seorang yang pernah sekolah musik. Tidak harus orang yang punya alat musik.
(Kehadiran teknologi digital) Dilihatnya harus sebagai langkah yang memudahkan orang untuk bermusik. Bahwa teknologi digital menggantikan yang analog, saya kira, kok nggak ya. Atau menjadikan lebih handal atau tidak handal, saya kita juga nggak. Saya setuju dengan Arman, soal musik bagus atau tidak bagus itu bukan ditentukan oleh alat.
IT: Berarti mas Arman aman ya kedudukannya ya .. (Semua tertawa)
YS: Lho ini bukan soal aman (tertawa). Tapi betul apa yang dibilang Arman tadi.
AM: Yang jelas kalo bisa ditambahin sama saya, bener yang dibilang mas tadi, bahwa teknologi itu sarana untuk mempermudah.
Kayak misalnya saya sekarang lagi kerja sama Tohpati. Ada bikin satu album solo cewek. Tohpati pake PC, saya kebeneran yang mobilenya pake PS. PS itu dari Rolland, pake harddisk juga. Jadi saya bikin musik di rumah. Bondot bikin musik. Menyatukannya tinggal ketemu dimana aja. Misal, mau ketemu di Plaza senaya, boleh, gitu ya. Jadi, saya tinggal transfer aja.
Saya kebayang banget kalau misalnya teknologi digital ini belum tercipta, masa saya harus bawa lat-alat band dan pita 2 inch dan semuanya satu studia. Nggak mungkin kan.
Jadi, menurut saya, itu hanya merupakan sarana yang mempermudah dan menjadikan kita -para musisi- memang menjadi cepat kerjanya, terus juga efisien dan sebagainya
Catatan Yayan Sopyan: Panduan membuat musik digital bisa anda dapatkan dalam buku saya yang berjudul "Membuat Musik Digital dengan Modplug Tracker". Buku itu sudah dilengkapi dengan software ModPlug Tracker. Anda bisa membeli buku tersebut di toko-toko Gramedia atau beberapa toko online. |