Terbaru

Artificial Intelligence belum membunuh para penulis

Artificial Intelligence belum membunuh para penulis

Buat beberapa orang, ketakjuban atas kemampuan artificial intelligence bisa menggiringnya ke kecemasan yang lain. Apakah profesi penulis akan digerus oleh kemampuan artificial...

Mau Belajar Filsafat? Serius?

Mau Belajar Filsafat? Serius?

Malam Takbiran

Malam Takbiran

Layar

Artificial Intelligence belum membunuh para penulis

Artificial Intelligence belum membunuh para penulis

Buat beberapa orang, ketakjuban atas kemampuan artificial intelligence bisa menggiringnya ke kecemasan yang lain. Apakah profesi penulis akan digerus oleh kemampuan artificial...

Sketsa

Malam Takbiran

Malam Takbiran

Itu mungkin tahun 79 atau 80. Saya lupa persisnya. Selain menjadi tukang jahit, Bapak membuka toko...

Pengamen Karaoke Stasiun Tanahabang

Pengamen Karaoke Stasiun Tanahabang

Mereka yang nyaris saban hari ke stasiun Tanahabang agak sore atau malam pasti pernah melihat...

Membeli Sate Sandung Lamur

Membeli Sate Sandung Lamur

Siapa bilang penjual selalu harus tersenyum kepada pelanggannya? Perempuan tua itu tak tersenyum...

Percakapan Kepalang Tanggung di Gerbong Kereta

Percakapan Kepalang Tanggung di Gerbong Kereta

Saya -dan mungkin siapapun- tak bisa mengelak dari suara dan obrolan penumpang lain saat...

Yayan

Yayan

Dalam beberapa urusan, istri saya memperkenalkan dirinya sebagai Bu Yayan. Banyak orang mengira...

Payung dan Jas Hujan

Payung dan Jas Hujan

Di tengah cuaca yang tak menentu macam begini, saya selalu membawa payung kecil dan jas hujan...

Mabuk Purnama

"Full Moon" karya Suzanne Siegel

di trotoar sempit
yang hilang adalah rasa terang dan tenang
kulihat itu pada setiap mereka, para pejalan kaki yang sering terantuk tugu
ketika berangkat menjelajah semesta

dalam kegelapan aku kira,
setiap orang selalu segera tidur
dengan mimpinya sendiri-sendiri
begitu pula kurasakan

dalam kelelapan
semua orang khusuk dalam0doanya,
"tuhan, beri kami sejuta mimpi
karena harapan tak pernah terbagi
dalam kepekatan sunyi"

maka,
manakala bulan purnama
semua tanah larangan kentara
dan menggugat semua mimpi

aku jadi muntah
setiap kali dicabik kejelasan dan ditarik impian

malam-malam begini
aku mabuk purnama,
karena dibenci kejelasan
dan dibenamkan dalam kesuraman

aku pingin muntah
saat harapan digantikan impian

Yogyakarta, 23 Maret 1989

Jaringan

Kontak