selamat malam, nusantara
apa kabar pilar-pilar gedung kaca ibu kota?
apa kabar waduk-waduk
yang di bangun di atas pekarangan dan sawah rakyat?
apa kabar surau-surau, gereja-gereja, pura-pura, dan vihara di tengah kering kerontangnya jiwa?
apa kabar tata krama di sela-sela kata-kata yang memabukkan?
apa kabar harapan yang ditukar mimpi tanpa janji perubahan?
selamat malam, dunia
tuh lihat seekor kucing
yang tak bisa melangkah cepat
di antara pilar-pilar gedung kaca
di kubangan waduk-waduk
dalam unggah-ungguh tata krama
di tengah kekosongan harapan
tuh lihat,
seekor kucing tak bisa hentikan rintih ngeongnya
karena terlalu lama diperdaya
selamat malam, semesta
kalau pengembaraan terus ditunda
kapan harapan bakal menjadi bara buat melecut pergerakan
dan lihat,
seekor kucing telah dibatalkan kemakhlukannya
ketika ia cuma jadi alat pengukuhan keserakahan
bukan jadi penjelajah dan pekerja semesta
seekor kucing dari lorong-lorong kumuh,
wajahnya berantakkan penuh luka
dan dengar,
bagaimana ia merintih tak henti-hentinya
"ngeong,
cermin-cermin sejarah tak berarti lagi
igauan-igauan petuah tak bermakna lagi
umbaran-umbaran amarah tak pernah beranjak pergi
dunia menjadi kepingan-kepingan debu
yang tak lagi bisa memuat hati nurani
ngeong,
kalau dunia jadi berantakkan oleh keangkuhan
apa yang bisa dilakukan orang-orang kecil
selain takluk untuk dikutuk menjadi seekor kucing
yang hanya mampu mengeong berkepanjangan
ngeong,
ya,
aku hanyalah seekor kucing kudisan
yang tak pernah jadi hitungan apa pun
di depan mata orang serakah
siapa yang lemah bakal jadi sampah
aku akan teruskan raungan saja
karena untuk mencakar-cakar semesta
cuma menyentuh hampa udara
aku akan lanjutkan erangan saja
karena untuk mengubah
harus melawan amarah
apakah amarah harus dilawan amarah?
ngeong,
aku seekor kucing yang terluka
tak akan lagi pernah percaya pada keadilan dan pembelaan
manakala pengadilan sekedar jalan balas dendam
manakala pembelaan sekedar mencari kesempatan
untuk jadi sang tuan
ya,
ya,
aku terus melawan dengan rintihan
aku terus membangkang dengan tangisan
aku terus menolak dengan igauan akan harapan
aku ngeong
ngeong
ngeong"
selamat malam, segalanya
apakah semesta itu lahan-lahan pertikaian?
apakah pertemuan itu lorong untuk saling mengalahkan?
apakah jerit sakit itu nyanyian syahdu kisah kekuasaan?
kenapa orang berlomba sembunyikan matahari?
kenapa bulan harus dikoyak tak karuan sekedar hilangkan rasa haus?
kenapa harus menguasai kalau memang mau mencintai?
selamat malam,
aku jadi murka
karena manusia terusir dari rumahnya
Yogyakarta 17 Maret 1989