(kepada seluruh ruh yang terbang di Tiananmen)
cinta begitu mahal
di muka orang murka yang putus asa
dan kalau darah sampai tumpah
saat orang menyenandungkan lagu kebebasan
maka itulah saatnya manusia kehilangan wajahnya
Tiananmen,
ladang benih mawar kebebasan,
hanyut sudah kamu dalam gelombang keangkuhan kekuasaan
lewat peluru yang nguntap
karena tak tahu mana soara hati
dan mana tajamnya duri
senjata dan murka
cuma di pihak yang putus asa
saba dan cinta
diTiananmen,
ladang benih mawar kebebasan,
kamu dilalap kekerasan
tapi tetap tak bakal bisa habiskan ruh semangat cinta manusia
cinta begitu rapuh dalam dada orang serakah yang nyaris kalah
dan kalau badan telah dilumat peluru serdadu
maka nyawa tetap berseteru
dengan sejarah kekerasan
Yogyakarta, 7 Juni 1989