di trotoar sempit
yang hilang adalah rasa terang dan tenang
kulihat itu pada setiap mereka, para pejalan kaki yang sering terantuk tugu
ketika berangkat menjelajah semesta
dalam kegelapan aku kira,
setiap orang selalu segera tidur
dengan mimpinya sendiri-sendiri
begitu pula kurasakan
dalam kelelapan
semua orang khusuk dalam0doanya,
"tuhan, beri kami sejuta mimpi
karena harapan tak pernah terbagi
dalam kepekatan sunyi"
maka,
manakala bulan purnama
semua tanah larangan kentara
dan menggugat semua mimpi
aku jadi muntah
setiap kali dicabik kejelasan dan ditarik impian
malam-malam begini
aku mabuk purnama,
karena dibenci kejelasan
dan dibenamkan dalam kesuraman
aku pingin muntah
saat harapan digantikan impian
Yogyakarta, 23 Maret 1989