Para pemulung bebrondong-bondong mendatangi sungai Ciliwung. "Mereka mencoba mengais rejeki di tengah bencana banjir Jakarta," kata sang reporter yang saya dengar lewat radio dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumah.
Silakan berteori apa saja tentang penyebab banjir yang merendam jakarta di awal tahun 2007 ini. Yang pasti, jangan lewatkan isu sampah sebagai salah satu penyebab banjir.
Cobalah anda ingat-ingat, sejauh umur kita sekarang ini, bukankah kita lebih sering berlagak seolah-olah tidak punya masalah dengan sampah? Kita baru merasakannya sebagai masalah ketika tong sampah di samping rumah sudah penuh dan petugas kebersihan kompleks perumahan kita tidak kunjung mengambilnya. Ampun!
Ampunnya lagi, masyarakat yang membesarkan kita ini ternyata tidak punya kebiasaan mengelola sampah. Sampah, bagi sebagian besar warga masyakarat kita, adalah sesuatu yang harus disembunyikan; bukan dikelola. Itu sebabnya prioritas utama banyak orang adalah melenyapkan sampah dari depan matanya. Kalau punya lahan, sampah dikubur atau dibakar. Kalau tak ada tempat, sampah dihanyutkan ke got, selokan atau sungai; atau ditimbun di lahan kosong punya orang lain; atau, yang lebih tega lagi, sampah digeletakan saja di pinggir jalan jauh dari rumah.
Ya memang ada kelompok orang yang merasa baik-baik saja meski sampah ada di depan matanya. Coba tengok pasar tradisional yang jadi becek dan berlumpur plus memberi aroma busuk gara2 sampah dibiarkan berceceran di depan kios atau lapak sayur dan buah-buahan. Pasar yang kumuh, kotor, dan dijejali sampah dianggap kelaziman. Entah syaraf mana yang rusak sampai-sampai muncul anggapan itu.
Ada jenis sampah lain yang sering kita abaikan karena tidak terlihat menumpuk dan memakan ruang fisik kita. Mata kita mungkin tidak merasa terganggu. Hidung kita pun baik-baik saja karena tidak mengendus aroma busuk dari jenis sampah ini. Sampah itu berada di dalam hard disk komputer kita.
Berapa besar kapasitas hard disk di komputer anda? Berapa persen dari kapasitas hard disk itu sudah terpakai? Apakah semua kandungan hard disk anda benar-benar dibutuhkan dan dipakai?
Saya yakin, tidak semua dokumen yang sekarang ada di hard disk anda benar-benar terpakai. Juga, tidak semua program yang sekarang terinstall di komputer anda benar-benar anda butuhkan. Belum lagi, file yang menjadi pelengkap program dan sistem operasi komputer anda juga menumpuk tanpa anda sadari. Inilah sampah-sampah yang menjejali hard disk di komputer kita.
Apa jadinya jika hard disk kita penuh sesak oleh data? Ketika 50 persen kapasitas hard disk kita sudah terpakai, kinerja komputer kita mulai lemboy, lamban, lelet. Banyak orang tidak menyadari ini. Ketika komputer yang dipakainya terasa lamban, mereka membuat kesimpulan yang tergesa-gesa: ganti dengan komputer baru!
Padahal ada banyak faktor yang membuat komputer kita bekerja lamban. Dan salah satunya adalah hard disk kita yang terlalu penuh menampung banyak data.
Ayo kita bersihkan had disk kita!
Enak saja! Ngomong sih gampang! Akui saja, menyortir data dan mengelompokannya menjadi "Ini sampah, Itu bukan" tidak segampang ajakan bersih-bersih.
Memilah-milah data sebesar bergiga-giga byte akan cukup merepotkan. Tapi kita masih bisa melakukannya, asal sabar saja. Yang lebih susah adalah membuat keputusan bahwa program ini dan file itu bisa kita hapus. Ini yang repot. Kenapa begitu?
Diam-diam, banyak orang menganggap semua program dan file dokumen yang sekarang ngendon di hard disknya sebagai tabungan yang sewaktu-waktu akan ia pakai. Padahal, belum tentu. Ini sama persis ketika seorang teman membeli dan menyimpan gunting rumput dengan anggapan bahwa suatu hari dia ingin memotong sendiri rumput di taman rumahnya; padahal ia lnyaris selalu menyuruh tukang kebun keliling untuk mengurus tamannya itu. Si gunting tak pernah terpakai; malah sekarang sudah berkarat, menjadi sampah yang tak terurus di pojok rumahnya.
Pernah menghitung berapa besar sampah di hard disk anda sekarang?
Ssst, jangan bilang-bilang, ternyata saya masih menyimpan email yang saya terima tahun 1998.