Belum lagi, kalau kita harus membelinya dari toko buku online, untuk mendownload ebook hanya butuh waktu beberapa menit saja. Bandingkanlah itu dengan waktu yang dibutuhkan untuk mendatangkan buku cetak dari amazon.com ke Indonesia, yang akan memakan waktu beberapa minggu jika kita menggunakan International Standard Shipping.
Celakanya, membaca ebook di komputer desktop maupun laptop memang tidak nyaman. Tidak intim. Juga kurang rileks.
Itulah beberapa hal yang mendorong saya untuk memesan ebook reader. Saya memutuskan untuk memesan Eken tipe M001, perkakas untuk membaca ebook paling murah.
Di beberapa tempat perkakas buatan Cina itu sering disebut-sebut sebagai “Ipad Cina”. Sebutan itu mungkin bagian dari taktik dagang saja sebab sebetulnya jelas Eken tidak bisa dibandingkan dengan Ipad. Tidak berada di kelas yang sama –baik harga, fungsi, maupun performa. Eken lebih dirancang sebagai alat internet bergerak (mobile internet device –MID) dan pembaca ebook saja.
Minggu lalu pesanan saya itu datang. Terbungkus rapi dalam dus yang lumayan kokoh untuk melindunginya selama proses pengantaran. Terbukti, isi paket itu lengkap dan tanpa cacat: satu Eken M001, satu charger, satu data kabel, dan satu user manual.
Dia jauh lebih besar dari handphone, tapi lebih kecil dari IPad. Hampir seukuran dengan buku saku. Dengan ukurannya yang mungil dan ringan, Eken M001 cukup enak ditenteng dan dipegang.Bagi kita yang terbiasa memakai komputer berbasis Windows, tidaklah sulit untuk mengoperasikan Eken yang bersistem operasi Android 1.6 ini. Pijit tombol power dan tunggulah sebentar sampai Android benar-benar siap untuk dipakai. Selebihnya, tinggal sentuh saja icon applikasi yang kita mau dengan jari. Ya, Eken sudah memakai teknologi layar sentuh, dan dilengkapi dengan sensor gravitasi sehingga kita bisa memngubah orientasi layar: potrait atau landscape.
Untuk membaca ebook dengan format PDF, Eken sudah menyediakan applikasi Documents To Go. Sayang sekali saya tidak bisa membaca ebook berformat PDF dengan orientasi potrait karena hurufnya terlalu kecil. Saya harus mengubah orientasinya menjadi landscape agar bisa membaca ebook dengan ukuran huruf yang cukup bisa dibaca. Dengan orientasi layar landscape pun, ebook tetap enak untuk dibaca. Untukmenggeser satu paragraf ke para graf lain, dari satu halaman ke halaman lain, jari jempol saya bergerak di atas layar ke atas atau ke bawah seperti gerakan menggilir biji tasbih.
Document To Go tidak bisa menampilkan ebook berformat epub. Saya memilih applikasi Aldiko untuk membaca ebook berformat epub. Aldiko bisa didownload gratis di websitenya. Yang saya suka, selain bisa membaca ebook yang sudah kita simpan di memory card terlebih dahulu, Aldiko juga menyediakan cara untuk mendownload ebook gratis maupun yang berbayar langsung dari websitenya. Ini memudahkan kita untuk menambah koleksi ebook kan?
Berbeda dengan Documen To Go, Aldiko memungkinkan kita membaca ebook dengan orientasi potrait. Navigasinya pun sangat mudah. Ketuklah sisi kanan halaman untuk berpindah ke halaman berikutnya. Sebaliknya, ketuklah sisi kiri halaman untuk berpindah ke halaman sebelumnya. Gampang dan intuitif.
Jadi, sekarang saya bisa membaca ebook di mana saja dengan lebih santai. Tidak harus duduk tegap di depan laptop. Saya bisa membaca ebook sambil rebahan di sofa, atau sambil bermalas-malasan di ranjang.
Mereka yang menciptakan ebook reader, apapun merek dan jenisnya, sudah membuat kita lebih mudah menikmati ebook. Mereka layak didoakan agar masuk surga.