Lagu Yang Memberi Ruang Untuk Kita Diam

Setiap orang, saya yakin, punya lagu yang tidak benar-benar meninggalkan kepalanya. Lagu itu seperti cuma bersembunyi dan kemudian, terpicu suasana hati atau kenangan, bisa begitu saja terdengar lebih lantang dalam kesunyian pikiran kita.

Di kepala saya, salah satu lagu itu adalah A Whiter Shade of Pale. Lagu ikonik milik Procol Harum.

Entah kapan pertama kali saya mendengarnya, tapi jelas bukan sewaktu lagu itu dirilis pada Mei 1967. Umur saya belum genap setahun waktu itu. Tapi jelas juga, lagu itu ada di bagian masa kecil saya, meskipun bukan bagian dari bebunyian di rumah kami. Mungkin ada tetangga, atau tukang servis barang elektronik, atau bioskop yang tak jauh dari rumah, yang bolak balik memutar lagu itu dengan pelantang.

Bertahun-tahun kemudian -ketika radio, atau seseorang yang memutarnya lewat kaset- saya merasa sudah mengenalnya lama sekali. Lagu itu seperti suara dari sebuah masa yang tak bisa dijelaskan, tapi bisa dirasakan.

Suara organ yang membukanya memberi kesan bahwa lagu ini tidak sepenuhnya milik zaman modern. Ada yang bilang, bagian pembukanya itu mengandung harmoni ala Bach. Entahlah, saya bukan kritikus musik.

Dia terdengar seperti nyanyian yang dibawakan di sebuah ritus, tapi disenandungkan oleh orang yang sedang mabuk cinta. Ada nuansa sakral, mendalam, sekaligus perasaan hampa.

Liriknya terasa seperti potongan mimpi yang belum selesai: kami menari ringan fandango, langit-langit ruangan melayang, pelayan terus mengisi gelas anggur, seseorang berkata sudah waktunya pergi.

Apa artinya semua itu?

Keith Reid, penulis liriknya, tidak pernah benar-benar memberi jawaban. Menurut Reid, yang mengaku tertarik dengan surealisme dan dipengaruhi oleh Bob Dylan dalam urusan memainkan kata-kata, “A Whiter Shade Of Pale was just another bunch of lyrics.

“Aku,” kata Reid, “berusaha membangun suasana, bukan cuma menceritakan kisah sederhana tentang cewek yang meninggalkan cowok. Dengan langit-langit yang seolah terbang dan ruangan yang berdengung makin keras, aku mau melukiskan gambaran sebuah adegan.”

Reid seolah membuka pintu, lalu membiarkan kita berjalan masuk. Lagu itu menjadi layar tempat kita memproyeksikan kenangan tentang seseorang yang pernah duduk di samping, tentang percakapan yang tidak pernah selesai, tentang keputusan yang mungkin diambil terlalu dini atau terlalu terlambat.

Dibandingkan dengan lagu-lagu lain di rentang waktu 1934 sampai 2009, menurut BBC, A Whiter Shade of Pale adalah lagu paling sering diputar dalam sejarah musik Inggris. Sangat mungkin itu bukan karena semua orang mengerti lagu ini; malah bisa jadi justru karena tidak ada yang benar-benar mengerti. Dan mungkin, di dunia yang terlalu cepat memberi makna pada segalanya, lagu seperti ini memberi ruang untuk kita diam.

Tidak semua lagu menjelaskan sesuatu. Tidak semua lagu ingin dijelaskan. Tidak semua lagu perlu dijelaskan. Ada lagu yang hanya perlu untuk diberi kesempatan menggiring kita ke suasana dan imajinasi yang belum tentu kita pernah duga sebelumnya.

There is no reason
And the truth is plain to see

Kontak