A Singer Must Die

Orang-orang menganggap lagu aikoniknya adalah Hallelujah. Tapi saya melewatkannya. Ada semacam residu keyakinan masa kecil yang mendorong saya akan dengan apriori melewatkan lagu dengan judul seperti itu. Lagi pula, Hallelujah bukanlah lagu Leonard Cohen pertama yang saya kenal.

Bahkan saya pertama kali mengenal lagu Leonard bukan dari suaranya. Di album “Famous Blue Raincoat: The Songs of Leonard Cohen”, saya baru mengenal lagu-lagu Leonard lewat suara Jennifer Warnes. Itu pun tergolong telat. Album itu dirilis tahun 1987, saya baru mendengarnya di tahun 1994. Tidak ada lagu Hallelujah di album itu.

Dari deretan lagu-lagu di album itu, A Singer Must Die lebih menggoda kuping saya. Suara Jennifer Warnes yang terdengar telanjang dan jernih, dilapisi vokal latar yang lembut sekaligus angker, menawan benak saya dalam cerita sinematik tentang seorang penyanyi di ruang pengadilan. Belakangan, setelah mendengar suara Leonard membawakan lagu itu, saya bisa merasakan perbedaan tafsir atas lagu itu.

Dalam syair lagu itu, sang penyanyi di ruang pengadilan itu berkata,

Is it true you betrayed us? The answer is Yes Then read me the list of the crimes that are mine

dan

Your vision is right, my vision is wrong I'm sorry for smudging the air with my song

Jennifer membawakan A Singer Must Die seperti orang lain yang menyuarakan penderitaan atas nama sang penyanyi. Dengan suaranya yang penuh penghayatan, Jennifer membuat lagu ini seolah ratapan permintaan belas kasih dari seorang penyanyi yang menanti keputusan pengadilan.

Beda dengan itu, Leonard menyanyikannya dengan suara bariton yang datar, muram, dan nyaris tak emosional. Ia juga tidak menjadi orang lain. Dia menjadi sang penyanyi itu.

Leonard menghadirkan lagu itu seperti pengakuan dingin dari seseorang yang sudah tahu bahwa akhir akan datang, dan menerimanya dengan sinisme. Dia tidak lagi memohon pengertian atau pengampunan; hanya menyatakan nasibnya.

Instrumen yang dilibatkan Leonard sangat minimalis. Dentingan gitar dan alunan string yang halus dan nyaris tipis itu membuat lagu ini lebih muram, lebih sinis, dan lebih pahit. Itu membuat saya harus menambahkan tanda tanya di beberapa bagian syairnya

Seorang penyanyi harus mati?
Karena dusta dalam suaranya?
….
Pandanganmu benar, pandanganku keliru?
Maafkan aku telah mengaburkan udara dengan laguku?
….

Sinisme ini jadi sebuah letupan kecil protes menjelang sebuah vonis. Itu mewakili kelelahan manusia yang terus-menerus dihakimi oleh mereka yang menyebut diri “penjaga kebenaran” dan “pelindung keindahan.”

Sir,” tulis Leonard, “I didn't see nothing, I was just getting home late.

Kontak