Jurang antara gagasan dan ekspresi itu memang nyata ada. Bukan sekali dua kali saya bertemu atau mendampingi mereka yang merasa punya gagasan tetapi tidak bisa menuliskannya. Mereka merasa tahu apa yang ingin mereka sampaikan, tetapi mereka tidak tahu cara menyampaikannya.
Ya, ini sebetulnya bukan hanya terkait dengan urusan menulis. Persoalan ini -kalau bisa disebut begitu- adalah tantangan di segala bentuk komunikasi.
Di balik persoalan itu, biasanya tersembunyi dua penyebab utama: keraguan dan ketidakteraturan. Keraguan muncul dari perasaan takut melakukan kesalahan, baik teknis maupun interpretasi. Ketidakteraturan, di sisi lain, adalah hasil dari kurangnya kerangka berpikir yang memandu gagasan menuju bentuk yang jelas.
Anda pasti sudah menduga, dan karenanya saya tidak perlu terlalu meyakinkan Anda: tentu persoalan itu bukanlah hambatan yang tak bisa disiasati. Ada strategi-strategi sederhana yang dapat membantu Anda mengatasinya sehingga Anda bisa mulai menulis dengan lebih percaya diri.
Dua Tahap Menulis: Menghasilkan dan Mengolah
Pertama, pahami bahwa menulis adalah proses yang melibatkan dua tahap utama: menghasilkan dan mengolah. Ingat: dua tahap. Artinya, harus dikerjakan satu per satu secara berurutan. Jangan coba-coba melakukan keduanya sekaligus.
Ketika ide muncul, tulislah tanpa filter. Bayangkan Anda sedang bercerita kepada seorang teman dekat—tanpa khawatir tata bahasa, struktur, atau bahkan logika. Tujuan kita di tahap ini hanya satu: membebaskan gagasan dari belenggu kepala. Ini adalah tahap menghasilkan gagasan.
Pada tahap menghasilkan gagasan ini, perlu sekali menyadari perbedaan antara tema, topik, dan kata kunci. Kita perlu memiliki tema yang jelas untuk menulis. Tema adalah ide besar atau pesan utama yang mau kita sampaikan dalam tulisan kita.
Tapi punya tema saja tidak cukup karena tema lebih bersifat abstrak dan terlalu umum. Kita perlu memilih topik. Topik biasanya lebih spesifik, dan merupakan subjek utama yang akan dibahas dalam tulisan kita. Topik inilah yang akan menentukan fokus tulisan.
Sudah cukup? Belum.
Kita membutuhkan kata kunci dari gagasan kita itu. Kata kunci akan sangat berguna untuk mengembangkan tulisan sekaligus menghubungkan ide-ide yang muncul. Ini akan membuat kita lebih mudah memastikan bahwa gagasan kita adalah sesuatu yang koheren.
Urusan “tema, topik, kata kunci” ini mungkin perlu kita perbincangkan di obrolan lain. Kita lanjut dulu urusan menghasilkan gagasan ini.
Setelah gagasan tertuang, barulah masuk ke tahap kedua: pengolahan. Di sinilah kita bermain sebagai editor bagi diri sendiri. Periksa alur, kelengkapan informasi, dan pilihan kata. Pada tahap ini, kita dapat mengajukan pertanyaan seperti, "Apakah ini cukup jelas bagi pembaca?" atau "Apakah poin ini mendukung tujuan tulisan saya?"
Dengan langkah pertama memisahkan kedua tahap ini, kita mengurangi beban yang sering membuat kebanyakan orang terjebak di awal.
Struktur dan Ketekunan
Langkah kedua, gunakan struktur sebagai alat bantu. Banyak yang merasa bahwa struktur tulisan membatasi kreativitas, padahal sebaliknya: struktur adalah peta yang membantu kita menavigasi perjalanan menulis dengan lebih lancar. Kerangka ini dapat disesuaikan, tetapi keberadaannya akan membuat kita merasa lebih terarah.
Terakhir, percayalah bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari proses. Kesempurnaan jarang muncul di draf pertama, bahkan untuk penulis profesional. Yang membedakan antara mereka yang profesional dan yang bukan adalah ketekunan untuk merevisi. Tidak perlu takut membuat kesalahan; justru di sanalah ruang untuk belajar dan tumbuh.