Menulis 3 Judul Buku Sekaligus

Terus terang, saya kadang tidak betah memfokuskan diri untuk menulis satu naskah dalam satu waktu. Terutama ketika saya menulis naskah buku.

Menulis naskah buku memerlukan stamina yang bagus. Bagian yang paling menguras tenaga dalam menulis naskah buku adalah ketika saya harus fokus di satu topik dalam jangka waktu lama. Itu sungguh melelahkan.

Obat kelelahan macam itu, buat saya, adalah mengalihkan perhatian. Ada dua opsi untuk mengalihkan perhatian itu.

Pertama, menyegarkan diri dengan menjauhi kegiatan menulis. Itu bisa sekadar menikmati kopi, menonton film, berkebun, menguras kolam ikan, keluyuran dengan commuter line atau sepeda motor tua saya, kongko-kongko, atau mencuci piring.

Kedua, menulis naskah buku dengan topik berbeda. Ya, menulis beberapa naskah buku pada kurun waktu yang sama.

Tentu saya lebih sering memilih opsi pertama: menghindari kegiatan menulis. Tapi bukan berarti tidak pernah memilih opsi kedua. Seperti saat ini, saya sedang mengerjakan tiga naskah buku pada kurun yang sama. Sekarang saya sedang menyiapkan buku tentang storytelling, panduan menyunting tulisan non fiksi, dan panduan praktis menulis esai.

Ketika berpindah dari satu topik ke topik lain dalam menulis, saya merasa seperti membuang satu rasa lelah dan mendapatkan satu tenaga baru, seperti mengubur satu rasa bosan dan memompa antusiasme baru.

Tidakkah itu akan membuat kita berada di situasi yang semerawut dan tidak terkendali? Saya pernah mendengar beberapa orang melakukannya dengan semerawut sehingga mereka tak pernah tahu kapan bukunya akan siap dibaca oleh audiens. Saya tidak begitu.

Saya tidak tega membiarkan naskah-naskah itu tanpa kepastian waktu penyelesaiannya. Sekurang-kurangnya, saya harus punya sedikit kendali untuk menyelesaikan masing-masing naskah itu.

Saya tidak punya resep istimewa untuk mendapatkan kendali itu. Saya hanya membuat perencanaan untuk masing-masing naskah. Ya, tentu saja, rencana pengerjaan naskah pertama perlu sedikit modifikasi ketika saya memutuskan untuk menulis naskah kedua. Rencana pengerjaan naskah pertama dan kedua tentu perlu dimodifikasi juga ketika saya memutuskan untuk menulis naskah ketiga.

Stop. Hanya tiga naskah buku berbeda saja yang saya sanggupi untuk mengerjakannya dalam kurun waktu yang sama. Tidak akan lebih, supaya saya tidak kehilangan tenaga dan kendali.

Biasanya saya hanya melakukan itu dengan 3 kondisi. Pertama, tidak ada tenggat waktu yang sudah sangat mepet. Kedua, topiknya harus berbeda. Ketiga, mengerjakannya tidak pada level yang sama: saya baru mulai mengerjakan naskah kedua setelah naskah pertama masuk tahap penulisan bab 2, misal.

Contohnya, ini sekalian bocoran kecil, naskah pertama saya sekarang sudah masuk pada tahap penyuntingan. Naskah kedua saya masih pada tahap penulisan. Naskah ketiga baru masuk tahap pengembangan outline.

Bagaimana pengalamanmu dalam menulis? Cerita dong.

Kontak