Saya tahu anda ingin menulis

Ilustrasi: Perempuan menulis

Buat saya, lelaki itu tidak terlihat terlalu tua. Ia mungkin berada di akhir 50-an saat itu. Dugaan saya tidak salah. “Saya akan segera pensiun,” katanya ketika mendapat giliran memperkenalkan diri di kelas menulis kreatif Jakarta School 19 tahun yang lalu.

Dari kartu nama yang ia berikan, saya jadi tahu, ia duduk sebagai vice presdient di sebuah perusahaan telekomunikasi besar di negeri ini. Ia ikut pelatihan agar bisa menulis di masa pensiunnya. Ada banyak pengalaman dan pengetahuan yang ia ingin bagi, katanya.

Bapak itu bukan satu-satunya orang di atas umur 50 yang ikut kelas menulis Jakarta School pada tahun-tahun itu. Seorang perempuan berkerudung, yang jalannnya agak tertatih ketika harus menaiki tangga menuju kelas Jakarta School, juga rajin dan telaten mengikuti hari-hari belajar menulis kreatif. Saya manaksir, dia mungkin berumur 51 atau 52 tahun.

Ia ingin menulis esai. Nama sebuah koran, dia sebut. “Saya ingin tulisan saya terbit di sana,” akunya tetapi dia ingin mulai menerbitkan tulisannya untuk komunitas keagamaan di lingkungannnya.

Tidak semua orang mau menjadi penulis. Suara seorang perempuan yang saya dengar lewat telepon kantor Jakarta School sangat jelas mengatakannya, “Saya bukan mau jadi penulis, Pak. Apakah kelas belajar menulis ini cocok untuk saya?”

Di tempat bekerjanya, perempuan itu menangani akunting. Ia tidak bermasalah dengan bidang kerjanya. Di bidang itu, memang tidak ada tugas yang mewajibkannya untuk menulis cerita atau esai. Cuma, ia tetap saja tidak bisa mengelak dari kebutuhan menulis dan, katanya, “Bahkan untuk menulis email pun, saya sulit.”

Tolong jangan tertawakan situasi seperti itu. Kita tahu, menulis tetaplah menjadi salah satu bentuk komunikasi dalam keseharian kita. Menulis untuk komunikasi informal maupun formal, bagi sebagian kita, bukanlah masalah besar. Tapi ada sebagian dari kita yang lain tidak bisa dan tidak terbiasa dengan komunikasi tertulis.

Permintaan untuk mengajarkan penulisan masih saya dapatkan bahkan ketika Jakarta School sudah tidak aktif. Beberapa lembaga meminta saya mengajar menulis untuk tim humas-nya: menulis press release, atau mengelola dan menulis untuk website lembaga itu.

Lain waktu, saya diminta mengajarkan penulisan di sebuah lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan. Lembaga ini menginginkan laporan-laporan program kemanusiaan yang diselenggarakannya bisa lebih enak dibaca. Untuk kebutuhan itu, saya mengajarkan penulisan feature kepada sejumlah penggiat kemanusiaan yang berada di jaringan lembaga tersebut.

Permintaan untuk mengajar penulisan bukan cuma datang dari lembaga-lembaga formal. Beberapa orang secara pribadi menghubungi saya dan meminta saya untuk memberikan semacam kurus privat untuk dirinya atau anaknya. Sayangnya, hanya beberapa permintaan saja yang bisa saya penuhi.

Ada banyak motif dan alasan yang mendorong kita untuk menulis. Saya tahu, anda pun sekarang sedang ingin menulis.

Bisa jadi anda beruntung. Anda sudah memulainya. Mungkin juga anda sudah mengembangkannnya. Bahkan bisa jadi anda sedang memberikan polesan akhir untuk tulisan anda.

Atau bisa jadi anda sekarang masih bingung untuk mulai menulis. Atau, mungkin anda menghadapi kebuntuan dalam mengembangkan tulisan anda. Atau, bisa jadi anda tidak terlalu percaya diri bagaimana menyelesaikan tulisan anda.

Situasi itu bukanlah alasan untuk menghentikan keinginan menulis. Anda hanya perlu menguasai dasar-dasar keterampilannnya, mengenal proses perencanaan dan penyusunan strateginya, dan berada di lingkungan yang mendukungnya.

Saya tahu, anda ingin menulis. Kita memang harus melakukannya. Jika dibutuhkan, tak perlu segan untuk segera belajar menulis.

Ayo menulis.

Kontak