Regulasi AI Masih Belum Jelas? Perusahaan Harus Mulai dari Etika Sendiri

Ada tantangan nyata yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini terkait penggunaan teknologi GenAI (generative artificial intelligence seperti ChatGPT) yang berkembang sangat cepat. Di satu sisi, AI menjanjikan efisiensi, produktivitas, dan peluang inovasi besar. Namun di sisi lain, risiko yang muncul juga nyata dan mengkhawatirkan.

Risiko seperti itu pernah terjadi pada awal tahun 2023, ketika Google memperkenalkan chatbot AI mereka, Bard. Dalam demonstrasi perdana, Bard memberikan informasi yang keliru tentang teleskop luar angkasa. 

Kekeliruan itu menyebabkan kejatuhan nilai saham Alphabet sebesar lebih dari 100 miliar dolar dalam sehari. Insiden ini memperlihatkan betapa besarnya risiko yang dihadapi perusahaan jika penggunaan AI tidak dikelola dengan hati-hati.

Data survei global Acrolinx terhadap 162 perusahaan besar menunjukkan bahwa 67,3% responden sudah memakai AI untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi bisnisnya. Akan tetapi, lebih dari separuh (56,8%) mengakui bahwa AI membawa risiko signifikan, seperti ketidakakuratan informasi, pelanggaran privasi, bias algoritmik, hingga ancaman reputasi merek.

Dengan risiko sebesar ini, pengembangan dan penggunaan AI jelas membutuhkan regulasi yang kuat dan jelas. Sayangnya, sekarang teknologi berkembang jauh lebih cepat daripada regulasi pemerintah. Inilah yang kita sebut paradoks inovasi.

Dalam kondisi seperti ini, perusahaan-perusahaan berada di posisi sulit: memilih bergerak cepat tanpa regulasi yang jelas tetapi menghadapi risiko besar, atau menahan inovasi sambil menunggu regulasi pemerintah yang sering lambat datang. Sebagian perusahaan memang memutuskan menghentikan sementara pengembangan AI sampai pemerintah menetapkan regulasi yang jelas. Namun banyak perusahaan lain justru tetap melanjutkan pengembangan AI karena khawatir kehilangan peluang inovasi.

Mengapa regulasi pemerintah sangat penting sampai-sampai ada perusahaan rela menunggunya?

Regulasi pemerintah mempunyai kekuatan hukum yang bisa memberikan standar penggunaan teknologi seperti AI secara universal. Dengan regulasi yang jelas, perusahaan mendapatkan kepastian hukum, risiko hukum berkurang, dan kredibilitas perusahaan di mata publik bisa terjaga. 

Sebaliknya, tanpa regulasi yang jelas, perusahaan menghadapi ketidakpastian besar mengenai tanggung jawab hukum dan etika dalam penggunaan AI. Regulasi pemerintah juga sangat diperlukan untuk melindungi publik, memastikan keamanan data pengguna, dan menjamin bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab dan transparan.

Apakah itu berarti perusahaan harus menunggu regulasi pemerintah sebelum mengembangkan dan menggunakan AI?

Kenyataannya, menunggu regulasi pemerintah bukanlah pilihan terbaik. Perusahaan yang pasif dalam menghadapi ketidakpastian regulasi justru akan kehilangan momentum bisnis dan merusak kepercayaan konsumen. Konsumen saat ini sangat peka terhadap isu etika, privasi, dan keakuratan informasi. Kesalahan kecil akibat penggunaan AI yang tidak terkontrol bisa berdampak besar terhadap reputasi perusahaan.

Inilah alasan utama mengapa perusahaan harus mengambil langkah proaktif dengan menetapkan regulasi internal tanpa harus bergantung sepenuhnya pada regulasi pemerintah. Perusahaan perlu membuat standar etis dan aturan penggunaan AI secara internal, memastikan bahwa teknologi yang digunakan tidak merugikan konsumen atau masyarakat luas.

Misalnya, perusahaan global seperti IBM telah lebih dulu menetapkan pedoman etis penggunaan AI. Langkah ini membantu mengurangi risiko reputasi dan memperkuat citra mereka sebagai perusahaan yang mengedepankan tanggung jawab dan transparansi.

Regulasi internal AI bukan sekadar solusi praktis, tetapi juga mencerminkan kesadaran moral perusahaan tentang tanggung jawab mereka terhadap teknologi. Perusahaan punya kewajiban moral untuk memastikan teknologi yang dipakai tidak menimbulkan kerugian besar di masa depan. Dengan regulasi internal yang jelas, perusahaan secara aktif bertanggung jawab terhadap dampak teknologi mereka dan secara bersamaan membangun kepercayaan jangka panjang dengan konsumennya.

Di sisi lain, perusahaan yang memiliki regulasi internal juga meraih keuntungan kompetitif. Mereka dianggap lebih bertanggung jawab, transparan, dan etis oleh konsumen. Dalam pasar yang makin ketat, citra bertanggung jawab ini bisa jadi pembeda utama yang menentukan keputusan konsumen.

Inovasi AI bukan hanya tentang kecanggihan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi itu dipakai secara aman dan bertanggung jawab. Perusahaan-perusahaan yang secara proaktif membuat regulasi internal tentang penggunaan AI menunjukkan bahwa mereka tidak cuma peduli terhadap keuntungan bisnis semata, tetapi juga terhadap dampak sosial teknologi tersebut.

Dengan mengambil langkah ini, perusahaan tidak hanya melindungi bisnisnya, tetapi juga membangun masa depan yang aman dan dipercaya. Inisiatif ini bukan soal mengikuti tren, melainkan soal memimpin dengan tanggung jawab.

Kontak