Terbaru

Jurang Antara Gagasan dan Ekspresi

Jurang Antara Gagasan dan Ekspresi

Ketahui cara menjembatani jurang antara gagasan dan ekspresi dengan strategi menulis dua tahap: menghasilkan gagasan dan mengolahnya menjadi tulisan terarah.

Layar

Tidak Cukup Menjadi Socrates

Tidak Cukup Menjadi Socrates

Menulis melengkapi proses berpikir yang tidak terpenuhi hanya lewat dialog lisan, seperti Socrates yang...

Dua Teknik untuk Membebaskan dan Menata Pikiran dalam Menulis

Dua Teknik untuk Membebaskan dan Menata Pikiran dalam Menulis

Cermati perbedaan clustering dan mind mapping serta cara menggunakan kedua teknik ini untuk...

Memecah Kebuntuan Kreatif dalam Menulis

Memecah Kebuntuan Kreatif dalam Menulis

Prompt bisa memecah kebuntuan kreatif dan menjadi titik awal dalam menulis, membuka pintu...

Tujuan dan Pesan dalam Storytelling

Tujuan dan Pesan dalam Storytelling

Storytelling yang baik dan menarik itu tidak menyampaikan pesannya secara eksplisit. Apa yan perlu...

Kenapa Bercerita itu Penting dalam Jurnalisme?

Kenapa Bercerita itu Penting dalam Jurnalisme?

Topik kali ini adalah tentang bercerita atau storytelling dalam jurnalisme. Topik ini dibahas...

Beda Pendekatan Menulis Berita Untuk Media Berbasis Teks, Suara, dan Audio Visual

Beda Pendekatan Menulis Berita Untuk Media Berbasis Teks, Suara, dan Audio Visual

Prinsip dasar penulisan berita itu berlaku untuk segala jenis media: media berbasis teks, berbasis suara,...

Sketsa

Malam Takbiran

Malam Takbiran

Itu mungkin tahun 79 atau 80. Saya lupa persisnya. Selain menjadi tukang jahit, Bapak membuka toko...

Pengamen Karaoke Stasiun Tanahabang

Pengamen Karaoke Stasiun Tanahabang

Mereka yang nyaris saban hari ke stasiun Tanahabang agak sore atau malam pasti pernah melihat...

Membeli Sate Sandung Lamur

Membeli Sate Sandung Lamur

Ini cerita tentang menikmati sate lezat di Pasar Beringharjo, Yogya, meskipun penjualnya bermuka...

Percakapan Kepalang Tanggung di Gerbong Kereta

Percakapan Kepalang Tanggung di Gerbong Kereta

Saya -dan mungkin siapapun- tak bisa mengelak dari suara dan obrolan penumpang lain saat...

Yayan

Yayan

Dalam beberapa urusan, istri saya memperkenalkan dirinya sebagai Bu Yayan. Banyak orang mengira...

Payung dan Jas Hujan

Payung dan Jas Hujan

Di tengah cuaca yang tak menentu macam begini, saya selalu membawa payung kecil dan jas hujan...

Rekamlah Gerakan, Jangan Bikin Gerakan!

"Dancing In The Street" karya Ellen Fasthuber-Huemer

Membuat film keluarga, tentu, bukan cuma urusan teknologinya. Ada banyak faktor yang menentukan seberapa bagus sebuah film keluarga. Beberapa diantaranya adalah cara kita memakai camcorder dan cara kita merekam peristiwa.

Berikut ini sedikit tips yang mungkin berguna.

  • Rekamlah gerakan, jangan bikin gerakan.
    Memakai camcorder itu terlihat gampang. Sedemikian gampangnya sampai-sampai seringkali si pemakai sangat menggebu-gebu untuk merekam apa saja. Camcorder digerakan ke kiri ke kanan (panning) tanpa tujuan yang jelas selain ingin merekam semua orang ke dalam video. Atau, tombol zoom ditekan maju mundur sehingga subyek dengan cepat berubah komposisinya.

    Gerakan-gerakan seperti di atas akan membuat pening kepala penonton video Anda kelak. Setiap gerakan kamera harus mempunyai tujuan dan kaitan dengan subyek video Anda. Jika Anda hendak melakukan panning, tentukan dahulu tujuan dan pesan yang akan disampai lewat gerakan itu. Tentukan pula titik awal dan titik akhir gerakan itu. Lakukanlah secara halus. Gerakan semacam ini akan sangat bermanfaat ketika kamera mengikuti gerakan pemain bola, misalnya.

    Sementara zooming sebaiknya tidak dilakukan secara sering. Lakukanlah zooming dengan tujuan memberikan titik pandang yang berbeda kepada penonton. Melakukan zoom in dan out secara berurutan dan berkali-kali untuk subyek yang sama dianggap sebuah dosa oleh para videografer.

     

  • Jangan tinggi hati, jongkoklah.
    Mungkin Anda pernah menonton sebuah film ulangtahun seorang anak, tapi gambar yang muncul di film itu malah melulu ubun-ubun kepala bocah-bocah. Ini bisa terjadi karena sang videografer salah mengambil sudut pengambilan gambar.

    Ketika merekam gambar anak-anak, sebaiknya Anda jongkok. Rekamlah pada level mata anak-anak itu. Pada peristiwa pesta atau pertemuan-pertemuan sudut pengambilan gambar dari arah yang lebih tinggi -dari atas meja atau balkon- akan memberikan titik pandang yang bagus.

    Tentu saja, jangan takut untuk mengubah sudut pengambilan gambar. Agak sering mengubah sudut pengembilan gambar akan memberikan titik pandang yang berbeda kepada para penonton.

     

  • Camcorder bukan kamera foto
    Kultur masyarakat kita tampaknya masih menempatkan camcorder sama dengan kamera foto. Sangat sering kita saksikan banyak orang berpose mematung ketika seorang videografer mendatangi mereka untuk merekam. Dan sangat sedikit film keluarga yang merekam perbincangan antar anggota keluarga. Seolah-olah kita lupa bahwa camcorder bukan saja mampu merekam gambar (bergerak), tapi juga mampu merekam suara!

    Sesekali Anda boleh mencoba satu sesi wawancara keluarga pada saat keluarga besar Anda berkumpul. Sudah barang tentu, ini bukan wawancara formal. Buatlah suasana secair mungkin.

    Misal, mintalah nenek memberi cerita-cerita tentang cucu-cucunya yang belum banyak diketahui banyak anggota keluarga lain. Mintalah komentar nenek mengenai mereka juga. Dan sebaliknya, mintalah pandangan para cucu trentang nenek mereka. Sempatkanlah untuk merekam reaksi cucu ketika mereka mendengar komentar-komentar neneknya.

    Dengan memanfaatkan secara penuh kemampuan camcorder dan menyadari karakteristik media audio visualnya, Anda akan mampu menghasilkan film keluarga yang baik. Setidaknya, boleh jadi film Anda lebih baik ketimbang tayangan infotainment yang sering muncul di TV.

***

Tulisan ini merupakan versi pra-sunting yang dimuat di Majalah Intisari Edisi Agustus 2003

Kontak